HomeSeminar Nasional DIES NATALIS XXXIII Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Seminar Nasional DIES NATALIS XXXIII Institut Seni Indonesia Yogyakarta

DESPRO NEWS, (17 Mei 2017) Dalam rangkaian acara Hari Ulang Tahun atau Dies Natalis XXXIII Institut Seni Indonesia Yogyakarta, sebuah seminar nasional hari Selasa, 16 Mei 2017 kemarin diselenggarakan di di Gedung Kuliah Umum Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta, Jl Parangtritis KM 6,5 Sewon-Bantul, Yogyakarta. Seminar Nasional bertajuk “Seni sebagai Ekspresi Pluralitas dan Perdamaian” tersebut dibuka oleh Rektor ISI Yogyakarta, Prof. Dr. M. Agus Burhan, M.Hum.

Panitia Dies Natalis XXXIII kali ini mengundang 4 orang narasumber, yaitu Prof. Dr. Musa Asy’arie, Dr. Suwarno Wisetrotomo, Dr. Diah Kusumaningrum, dan Linda Christanty. Dalam makalahnya, Prof. Dr. Musa Asy’arie, mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga dan mantan Staf Ahli Menteri Kominfo Republik Indonesia mengatakan bahwa pluralitas adalah realitas benda hidup dan benda mati di semesta. Segala sesuatu yang ada di dalamnya terjadi akibat proses kreatif, baik penciptaan dari yang sama sekali tidak ada (mutlak) atau dari apa yang ada (nisbi). Subjek kreatif yang nisbi menciptakan kebudayaan, dan seni ada di dalamnya. Seni adalah bagian dari usaha untuk meninggikan derajat kemanusiaan. Tantangan hari ini adalah hedonisme, pragmatisme, dan konsumerisme. Oleh karena itu, seni penting untuk mencegah kebudayaan jatuh ke dalam tiga tantangan tersebut.

Sejalan dengan itu, Dr. Suwarno Wisetrotomo, Ketua program studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni Pascasarjana ISI Yogyakarta yang juga seorang kurator pada Galeri Nasional, mengatakan bahwa pluralitas adalah keniscayaan. Pluralitas berwatak kompleks, dinamis, penuh ketegangan, sekaligus tantangan. Karena itu diperlukan upaya strategis dan kreatif dengan menciptakan kanal-kanal untuk mengekspresikan berbagai kepentingan. Tanpa kanal sebagai jalan dan ruang ekspresi, maka aspirasi menjadi macet, dan berpotensi meledak dalam wujud tindakan anarkis serta desktruktif. Seni/karya seni/pendidikan seni/berkesenian merupakan salah satu kanal tersebut. Seni mengajarkan kepada kita suatu sikap dan pemahaman tentang kedalaman, drama kehidupan, demokrasi, sikap kritis, dan spirit pembebasan.

Pada sesi kedua, melalui makalahnya yang berjudul “Seni yang Damai, Damai yang Berkesenian”, Dr. Diah Kusumaningrum, dosen di Program Studi Hubungan Internasional UGM yang aktif berkegiatan sebagai peneliti di Pusat Kajian Keamanan dan Perdamaian UGM, mengatakan bahwa Seni dan perdamaian seringkali dikonseptualisasikan sebagai “cara dan tujuan”, dimana seni diposisikan sebagai alat untuk mewujudkan perdamaian. Dengan cara pandang seperti ini, perhatian akademisi dan praktisi cenderung berfokus pada agenda meningkatkan efektivitas seni. Tiga pertanyaan yang menjadi dasar dalam penulisan makalahnya adalah Bagaimana seni dapat menawarkan pembacaan kritis mengenai kekerasan struktural dan kultural di tengah masyarakat? Bagaimana seni dapat menyentuh rasa kemanusiaan, rasa keadilan, dan solidaritas? Dan bagaimana seni dapat menggugah orang untuk ikat serta dalam kerja kreatif mendorong perubahan?

Linda Christanty, seorang penulis dan jurnalis, sebagai pembicara terakhir mengatakan bahwa seni sesungguhnya adalah medium yang lentur dan, karena itu, ia memberikan kemungkinan yang sangat luas untuk diisi dengan pesan-pesan yang menyatukan kembali apa yang terpisah ataupun yang tercerai. Pengalamannya berkiprah dalam atmosfer pascakonflik Aceh membuatnya bersikap bahwa politik dan agama cenderung memisahkan antar komunitas, tetapi seni dapat menggerakkan kebersamaan. Seni telah ikut serta menjembatani rekonsiliasi di luar meja-meja perundingan damai. Seni pertunjukan yang libatkan massa atau warga sebagai penikmat mencairkan ketegangan dan mengikis jarak yang terbangun akibat situasi konflik atau perang, juga menjadi ajang trauma healing. Karya sastra atau fotografi yang memberikan ruang personal untuk kepada individu merenung atau berkontemplasi dapat mengambil peran yang sama.

Seminar yang dihadiri oleh dosen-dosen dari seluruh fakultas di lingkungan ISI Yogyakarta tersebut juga dipadati oleh beberapa orang mahasiswa ISI Yogyakarta. Diantara para peserta seminar, tampak hadir dosen-dosen Program Studi Desain Produk ISI Yogyakarta, di antaranya Rahmawan D. Prasetya, S.Sn., M.Si., Drs. Endro Trisusanto, M.Sn., Nor Jayadi, S.Sn., M.A., dan Sekartaji Suminto, S.Sn., M.Sn.

Related Articles

International Guest Lecture #2

DESPRO NEWS (24 November 2022) Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta kembali menggelar International Guest Lecture 2022 pada hari Kamis-Jumat, 24-25 November 2022. Kegiatan

Read More »
Language